Tentang Blog!

Blog ini dibuat untuk mengumpulkan tulisan dari mahasiswa, rekan kerja, alumni, dosen, atau siapa pun yang mengenal dan punya pengalaman berkesan dengan mas Eric. Kumpulan tulisan ini akan dibukukan, untuk diberikan kepada mas Eric pada 18 Mei 2011, saat pesta perpisahan beliau. Tulisan bisa dikirimkan ke: octovary@gmail.com, paling lambat 15 Mei 2011.


Kumpulan tulisan sudah dibukukan dan diberikan ke mas Eric, sekaligus ke semua penulisnya.. Tanggapan hangat dari mas Eric juga sudah disampaikan ke semua penyumbang tulisan, bisa dilihat dari blog mas Eric di:

Dosen yang Membuat Saya Makin Kecanduan Baca

#tribute-to-mas-eric-09

Bagian Satu: Tentang Membaca.
Sejak SD saya memang sudah senang membaca. Segala macam buku saya lahap. Mulai dari ensiklopedi sampai buku bergambar tentang ilmu pengetahuan alam. Komik pun sering saya baca. Kesukaan saya membaca buku ini melebihi kesukaan saya untuk bergaul dengan orang lain, sehingga boleh dibilang sebagian besar masa sekolah saya, saya habiskan untuk membaca buku.

Namun ketika saya masuk Fakultas Psikologi UAJ, terutama semester-semester awal, frekuensi membaca saya berkurang. Ini karena saya terlalu asyik bermain dengan teman-teman kuliah (sepertinya untuk mengkompensasikan waktu bermain saya yang "hilang" di saat saya masih kecil). Selain itu saya juga terlalu fokus pada buku-buku teks ilmu Psikologi yang harus saya pelajari. Kebiasaan saya membaca buku-buku
pengetahuan umum pun sangat berkurang, sehingga pengetahuan umum saya, terutama yang berhubungan dengan ilmu Sosial, sangatlah miskin.

Saya tidak mengerti secara komprehensif tentang tragedi Tanjung Priok, tragedi Santa Cruz, saya bahkan sudah lupa tentang sejarah penjajahan bangsa Indonesia dan bagaimana bangsa Indonesia kemudian mulai bangkit dan berjuang untuk meraih kemerdekaan. Hingga suatu hari saya memutuskan untuk masuk ke peminatan Psikologi Sosial. Hal tersebut saya lakukan karena:
1. Saya mulai tertarik pada isu isu sosial-budaya karena mengikuti kuliah bu Nani Nurrachman, bu Bernadette Setiadi, dan bu Hana Panggabean;
2. Saya menyadari bahwa pengetahuan dan cara berpikir saya saat berusaha memahami bidang sosial-budaya masih sangat minim.

Pada umumnya, dari semua kelas di peminatan sosial, saya mendapatkan banyak masukan baru mengenai cara berpikir dan pengetahuan informatif untuk berkiprah di bidang Sosial. Namun ada satu mata kuliah yang di dalamnya saya tidak hanya mendapatkan pengetahuan umum saja, tetapi juga saran-saran praktis tentang cara mengembangkan pengetahuan, cara pandang, dan juga wawasan saya. Kuliah tersebut bernama Teori Aktivitas Manusia. Dan pengajarnya adalah mas Eric M. Santosa.

Pada awal kuliah tersebut, jujur saya sempat merasa sedikit terintimidasi oleh cara mengajar beliau. Karena dari cara berbicara dan berpikir beliau, saya melihat bahwa beliau jauh lebih superior daripada saya dan rekan-rekan mahasiswa yang lain. Sehingga saya sungguh merasa malu apabila menjawab pertanyaan dengan salah dan kemudian tampak bodoh.

Momen yang paling berkesan di dalam kelas dan juga kemudian berpengaruh pada perubahan perilaku saya terjadi pada sebuah sesi presentasi di mana mas Eric bertanya pada mahasiswa di kelas: "Elu baca apa aja, goblok??". Saya agak kaget saat mendengar pertanyaan tersebut. Juga merasa terganggu dengan pilihan kata yang beliau gunakan. Namun setelah direnungkan kembali, saya rasa sama sekali tidak ada yang salah dengan pilihan kata yang beliau gunakan. Secara pribadi saya sadar bahwa saya masih "kosong". Belum memiliki banyak pengetahuan.

Sempat saya merasa kecil hati karena menyadari betapa "kosong"nya pikiran saya. Namun untungnya, beliau kemudian memberi tahu cara untuk mengisi kekosongan pikiran tersebut, yaitu dengan cara membaca buku, terutama di bidang sosial. Yang paling berkesan bagi saya adalah pesan beliau sebagai berikut (bukan kutipan persis, tapi intinya ya seperti yang saya tuliskan di bawah ini):
"Jangan pikir gara gara elu orang Psikologi, elu gak perlu belajar demografi, sosiologi dan lain lain ya. PSIKOLOGI ITU KOSONG KALAU GAK DIBARENGIN DENGAN PENGETAHUAN TENTANG ILMU YANG LAIN."
(nah bagian yang ditulis dalam huruf kapital itulah, kalimat yang kemudian membuat gue sadar tentang pentingnya mengisi diri dengan pengetahuan lain selain ilmu Psikologi!)

dan satu kutipan lagi:
"Orang yang tidak tahu sejarahnya adalah orang yang tidak punya identitas"
(gara2 kalimat ini gue membeli bukunya Adam Schwarz berjudul 'A Nation in Waiting', juga bukunya Bernard Vlekke berjudul 'Nusantara')

Beberapa kalimat yang dilontarkan pada saat kuliah ternyata bisa mengubah perilaku saya secara signifikan. Saya jadi rajin membaca. Selain untuk menghindari sapaan "sampah", saya juga jadi rajin membaca supaya punya banyak ilmu yang bisa membantu saya saat berkiprah di bidang Sosial selepas kuliah. Sejak kuliah bersama mas Eric di semester 6 tersebut, saya menjadi seorang pembaca yang agresif, terutama di bidang ilmu Sosial. Dalam sehari saya bisa membaca hingga 100 halaman, ketika sedang tidak diganggu dengan kegiatan lain yang menyita waktu.

Ternyata kebiasaan membaca juga menjadi suatu hal yang menyenangkan terutama saat melewati kemacetan. Lama-kelamaan daripada duduk melamun saat menghadapi jalanan Cirendeu yang macet total pukul 7 pagi, saya membawa buku dan membaca di dalam angkot. Saat membaca, saya selalu ingat pertanyaan mas Eric: "Elu baca apa aja? Goblok!". Ternyata membaca itu asyik sekali dan membantu saya memperbaiki sistematika berbicara saya saat berhadapan dengan orang lain.

Bagian Dua: Tentang Pekerjaan
Saya sering mendengar pengalaman mas Eric sebagai peneliti, terutama peneliti kualitatif di bidang social marketing. Saya sendiri tidak pernah berencana untuk menjadi peneliti saat masih kuliah. Pekerjaan impian saya adalah menjadi pembicara. Namun belakangan ini saya mendapat tawaran untuk bekerja di bidang riset kualitatif pada sebuah perusahaan di Jakarta. Saya mendaftarkan diri untuk pekerjaan tersebut dan dipanggil untuk tes tertulis.

Ternyata soal yang diberikan saat tertulis adalah verbatim FGD dari sebuah penggalian data riset pasar. Juga analisis mengenai standpoint sebuah iklan di majalah. Tes tertulis itu saya jalani pada 18 April 2011, sekian bulan setelah saya mengikuti kuliahnya Mas Eric. Namun entah mengapa saat saya harus menganalisis verbatim FGD, tiba-tiba konsep brand awareness yang pernah diberikan oleh mas Eric di kelas SDSA muncul di kepala saya. Persisnya mengenai tahapan AITA atau Awareness, Interest, Trying, dan Adopting. Dengan framework tersebut saya melakukan analisis terhadap verbatim yang disodorkan pada saya, lalu memberikan kritik, kesimpulan, serta rekomendasi terhadap proses FGD yang dijadikan soal.

Kemudian untuk analisis iklan saya tiba-tiba teringat teori Aktivitas Manusia tentang instrumen, objek, dan juga materi tentang standpoint sebuah brand dan organisasi. Berdasarkan framework tersebut saya melakukan analisis, dengan mengingat-ingat contoh yang pernah diberikan oleh mas Eric di kelas. Dua minggu kemudian, saya mendapatkan telepon yang menyatakan bahwa saya lolos tes tertulis dan akan diwawancara oleh direktur riset kualitatif di perusahaan tersebut.

Apakah saya akan lolos wawancara tersebut? Saya belum tahu pasti. Tetapi saya ingin membagikan pengalaman ini. Siapa tahu mas Eric akan senang waktu tahu bahwa materi kuliah yang pernah beliau berikan di kelas, telah membantu saya lolos tes tertulis di sebuah perusahaan riset. Sekian kesan saya terhadap beliau. Sampai jumpa di lain kesempatan ya mas.

Sekali lagi, thanks ya mas!
Sebastian Partogi atau Ogi (mahasiswanya mas Eric, angkatan 2007)

No comments:

Post a Comment