Tentang Blog!

Blog ini dibuat untuk mengumpulkan tulisan dari mahasiswa, rekan kerja, alumni, dosen, atau siapa pun yang mengenal dan punya pengalaman berkesan dengan mas Eric. Kumpulan tulisan ini akan dibukukan, untuk diberikan kepada mas Eric pada 18 Mei 2011, saat pesta perpisahan beliau. Tulisan bisa dikirimkan ke: octovary@gmail.com, paling lambat 15 Mei 2011.


Kumpulan tulisan sudah dibukukan dan diberikan ke mas Eric, sekaligus ke semua penulisnya.. Tanggapan hangat dari mas Eric juga sudah disampaikan ke semua penyumbang tulisan, bisa dilihat dari blog mas Eric di:

Di Suatu Pagi Bertanggal 27 Agustus 2010

#tribute-to-mas-eric-17

Saya hanya pernah sekali diajar oleh pria ini di kelas Psikologi Budaya. Pengalaman sekali seumur hidup yang cukup untuk mengukuhkan satu gelar padanya: SMART. Kepintaran yang justru.. Umm.. Menakutkan! =) . Rasanya apapun bisa dijelaskan olehnya dengan cara yang cerdas dan menunjukkan bahwa ucapannya itu memang berisi. Bukan hanya sekedar pinjam ucapan yang dibaca di sebuah buku bagus. Ucapan yang kadang (oke, sering) membuat lawan bicaranya harus terdiam sebentar dan membiarkan otaknya mencerna apa yang baru saja terjadi.

Jujur, setelah saya lulus dari Psikologi Budaya, saya tidak pernah berpikir akan berinteraksi lagi dengan Mas Erik. Pertama, karena saya tidak masuk jurusan Sosial. Kedua, karena saya takut. Ketakutan ini, entah mengapa, mungkin diterjemahkan oleh alam untuk memanggil Mas Erik sebagai salah satu penguji skripsi saya. Membaca nama Erik Santosa dengan gelar-gelarnya yang saya tidak hafal dalam susunan penguji saya, membuat saya cukup panik dan tidak tahu harus berkata apa. Apalagi mendengar ucapan-ucapan "selamat ya diuji Mas Erik" dengan wajah prihatin dari rekan-rekan saya. Dalam hati: “oke, tamatlah saya”.

Namun sekali lagi, alam punya kejutan lain. Sebelum masa sidang itu berlangsung, saya diberi kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan Mas Erik. Membuat sebuah acara bersama dan berbincang-bincang berdua. Di saat itulah saya baru melihat Mas Erik yang berbeda. Tetap pintar (dan menakutkan), tapi ternyata Mas Erik sangat bersahabat. Kejutan lain datang lewat telepon tidak terduga di suatu pagi bertanggal 27 Agustus 2010. Saat itu saya dalam perjalanan menuju Sidang Kepribadian, satu hari sebelum saya akan berhadapan dengan Mas Erik sebagai penguji saya.

Mas E: "Lagi di mana?"
Saya: "Mau ke kampus, Mas, sidang kepri."
Mas E: "Udah siap dong?"
Saya: "Belum mas, makanya datang pagian biar ntar bisa baca-baca lagi"
Mas E : "Wi, sidang itu kaya minum kopi tubruk. Rasanya baru enak kalau lo diemin dulu sampai ampas-ampasnya turun, bukan diminum begitu selesai diseduh. Jadi sekarang bukan saatnya lagi lo baca buku karena semua harusnya sudah mengendap. Secara intelektual gue yakin lo bisa, sekarang tinggal gimana lo me-manage emosi sehingga apa yang diendapkan bisa keluar dengan baik. Jadi, have a good rest! Watch good movie! Relax!"
Saya: *tertegun* dan *tersenyum*. “Terima Kasih, Mas.”

Percakapan yang sungguh mengejutkan karena saya tidak pernah mengira, seorang Mas Erik, yang saya takuti itu, menelepon pagi-pagi ke anak yang akan diujinya, lalu memberi saran yang menenangkan. Ya, sangat menenangkan.. =)

Jadi, saya melakukan sesuai yang disarankan. Menutup seluruh perlengkapan perang yang akan saya bawa ke ruang sidang, pakai piyama yang paling enak, ambil posisi di depan sofa, menonton DVD komedi dan tidur nyenyak. Ajaibnya, "ritual" ini membawa ketenangan luar biasa. Saya ingat bahkan saya sama sekali tidak menangis di hari sidang saya itu. Bahkan tidak sedikitpun saat saya dinyatakan lulus sebagai S.Psi. Saya merasa telah melakukan yang terbaik dan saya menutupnya dengan rasa senang luar biasa.

Rasa senang ini tidak sempat saya ucapkan secara langsung pada Mas Erik karena beliau pergi lebih dulu sebelum sidang saya selesai. Saya bahkan tidak sempat menjabat tangannya dan mengucapkan terima kasih atas diskusi dan tambahan ilmu yang saya peroleh selama sidang. Dalam kesempatan ini, maka biarkan saya mengirimkan ucapan TERIMA KASIH setulusnya kepada Mas Erik untuk pengalaman singkat yang sungguh sangat berharga dalam hidup saya. Untuk ilmu-ilmu yang saya boleh serap dalam pertemuan-pertemuan bersama Mas Erik dan mimpi-mimpi yang saya bangun setelah pertemuan itu. Terima kasih karena sudah membuka mata saya dan memberanikan saya keluar dari zona aman saya selama ini.

Semoga saya masih bisa bertemu dan berdiskusi dengan Mas di lain waktu.

Thanks for being SO SMART yet SO WILLING TO SHARE.
You're a great man.

Salam,
Dwiana Hanijayati Wahyudi atau Uwi (mahasiswinya mas Eric, angkatan 2006)

No comments:

Post a Comment