Tentang Blog!

Blog ini dibuat untuk mengumpulkan tulisan dari mahasiswa, rekan kerja, alumni, dosen, atau siapa pun yang mengenal dan punya pengalaman berkesan dengan mas Eric. Kumpulan tulisan ini akan dibukukan, untuk diberikan kepada mas Eric pada 18 Mei 2011, saat pesta perpisahan beliau. Tulisan bisa dikirimkan ke: octovary@gmail.com, paling lambat 15 Mei 2011.


Kumpulan tulisan sudah dibukukan dan diberikan ke mas Eric, sekaligus ke semua penulisnya.. Tanggapan hangat dari mas Eric juga sudah disampaikan ke semua penyumbang tulisan, bisa dilihat dari blog mas Eric di:

Don't Try to be a Hero!

#tribute-to-mas-eric-31

Secara tidak sengaja, pertemuan pertama saya dengan Mas Eric terjadi pada tanggal 1 Desember 2007, tepatnya di Auditorium Gedung Yustinus lantai 15. Ingatan persis akan tanggal dan tempat pertemuan, pertama-tama bukan karena begitu pentingnya pertemuan dengan Mas Eric pada waktu itu (hehehehe :p), melainkan karena begitu pentingnya peristiwa yang terjadi saat itu, yaitu: “Pelantikan Rektor Unika Atma Jaya periode 2007-2011”. Waktu itu kalau tidak salah Mas Eric adalah Ketua Panitia acara itu dan gue di sana dalam kapasitas membantu saja. Karena acaranya berbarengan dengan kegiatan “Atma Expo II 2007”.

Setelah acara itu selesai gue baru tahu peran besar yang dimainkan oleh Mas Eric untuk peristiwa itu. Ketua Panitia suatu acara pasti perannya penting banget dong? Tapi menjadi mahapenting kalau acara itu harus terselenggara dalam situasi dan kondisi yang tidak kondusif. Cukuplah dikatakan bahwa proses pemilihan Rektor Unika Atma Jaya kala itu tidak semulus kali ini (Semoga!). Seperti apa maksudnya? Tanya Mas Eric saja! Hehehe. Rasanya berubah-ubahnya lokasi resmi untuk acara pelantikan itu sehari sebelumnya cukup memberi gambaran betapa tidak menentunya situasi waktu itu. Sampai waktu itu gue menilai Mas Eric sebagai seorang ahli strategi. Jangan Ge-eR ya Mas! Hehehe..

Setelah pertemuan waktu itu, perjumpaan dengan Mas Eric biasanya hanya sebatas perjumpaan sambil lalu saja. Hanya saja semakin banyak info yang bisa gue dapet tentang Mas Eric dan track record­-nya. Hehehe. Seperti yang kita kerap kita tertawakan, Mas, “Di Atma Jaya itu, dinding pun bertelinga..”. Selain perjumpaan sambil lalu, ada juga sih kesempatan ngobrol-ngobrol lepas dengan Mas Eric. Dan gue cukup yakin bahwa kesan yang kurang lebih serupa dialami juga oleh rekan-rekan yang lain kalau seandainya bertemu dengan orang satu ini.

Kesan bahwa Mas Eric adalah orang yang senantiasa pandai menarik minat kita untuk mendengarkan paparan pengalamannya, argumentasi teorinya, mimpi idealisnya atau grundelan-nya tentang apapun. Biasanya sih omongannya itu kerap ditemani secangkir kopi hitam dan sebatang rokok yang dihisap “setengah hati” karena lebih banyak bicara ketimbang menghisap rokok yang sudah disulutnya itu.

Pertemuan cukup panjang lainnya sempat terjadi di suatu pagi, persisnya di salah satu sudut kantin. Waktu itu tujuan gue adalah lebih ingin meminta pendapat tentang apa yang perlu dan apa yang penting, untuk dilakukan dalam rangkaian Pesta Emas Atma Jaya. Bagaimana hasilnya? Abstrak! Setidaknya menurut gue! Hehehe. Tapi, walaupun abstrak gue cukup senang karena bisa mendengar grundelan-grundelan Mas Eric. Dan lebih senang lagi ketika akhirnya Mas Eric bisa bergabung dalam Tim Gabungan Penyusunan Visi Strategis Atma Jaya, semoga namanya bener yah. Hehe.

Terakhir, pertemuan yang cukup panjang terjadi belum lama ini. Kalau tidak salah pada Januari 2011. Waktu itu gue dalam posisi yang bimbang soal pekerjaan. Resep yang diberi ternyata nggak terlalu berbeda dengan yang diberikan Mbak Atink sebelumnya. Hehehe. Tapi, satu hal yang gue inget waktu itu adalah Mas Eric sempat bilang yang kurang lebih begini, “Kalau lu mulai bertanya tentang pekerjaan lu, berarti itu suatu pertanda bahwa lu perlu ber-refleksi soal pekerjaan lu, soal masa depan lu. Itu berarti kreativitas lu mengundang lu untuk bergerak”. Dan benar saja, tidak lama setelahnya gue memutuskan untuk mengundurkan diri dan beralih ke lingkungan yang cukup berbeda dari pekerjaan sebelumnya.

Banyak sih kalau mau cerita tentang Mas Eric, walaupun kesempatan kami untuk bertemu tidak banyak. Satu hal yang cukup gue sesali adalah kenapa Mas Eric gak ngajar di fakultas gue! Hehehehe.. Walaupun mungkin bidang ilmunya berbeda, Mas Eric cukup bisa membelalakkan mata gue waktu menjelaskan bagaimana lahirnya prinsip-prinsip bidang-bidang hukum yang saat ini populer, seperti Hak Atas Kekayaan Intelektual, Perseroan Terbatas, Hukum Pasar Modal, cukup dari suatu buku asing yang dimilikinya.

Ada juga beberapa perkataan Mas Eric yang cukup gue inget, misalnya, “Don’t try to be a hero!”, ada lagi, “Jangan mau ikut tenggelam bersama kapal yang hampir tenggelam”. Gue yakin Mas Eric pasti tahu konteksnya kenapa kalimat-kalimat itu diujarkannya. Sampai sekarang gue memang masih tidak setuju dengan ujarannya itu. Mungkin karena gue bukan ‘penumpang’ kapal itu. Gue masih berpendapat, tidak perlu jadi pahlawan untuk menyelamatkan sesuatu yang berharga dari kapal itu, Mas. Mana pendapat yang benar? Tentu waktu yang bisa membuktikan. Hanya saja, pembicaraan-pembicaraan seputar hal-hal ini seringkali menghantar gue untuk pasrah, melepas terlalu banyak orang berharga dari kampus ini yang ceritanya kurang lebih hampir sama: “habis manis sepah dibuang”.

Selamat jalan, Mas.

Semoga akan ada banyak kesempatan untuk bisa berdiskusi lagi tanpa bicara soal kapal atau dinosaurus itu, tapi bicara tentang “bergerak”.

Salam,
Willem L. Turpijn (kenalannya Mas Eric)

No comments:

Post a Comment